Selasa, 22 November 2011

Remember When

Apa pun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada di sana, menunggumu mengakui keberadaannya.
Bagi kita, senja selalu sempurna, bukankah sia-sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, aku dan lelakiku. Tak ada bagian yang perlu kita ubah. Tak ada sela yang harus kita isi. Bukankah takdir kita sudah jelas?
Lalu, saat kau berkata, "Aku mencintaimu", aku merasa senja tak lagi membawa cerita bahagia. Mungkinkah kata-katamu itu ambigu? Atau, aku saja yang menganggapnya terlalu saru?
"Aku mencintaimu," katamu. Mengertikah kau apa artinya? Mengertikah kau kalau kita tak pernah bisa berada dalam cerita yang sama, dengan senja yang sewarna?
Takdir kita sudah jelas. Kau, aku, tahu itu.


remember



This is one of my favorite novel absolutely. Lagi-lagi Winna Efendi mampu menyihirku untuk larut dalam cerita novelnya. Gaya bahasanya pas, ceritanya oke, alurnya mengalir tidak terburu-buru, dialognya cerdas, tokohnya seakan-akan hidup, dengan akhir yang tidak dapat diprediksi! Winna meramunya hingga membuatku membayangkan masa-masa SMA yang sempurna, yang asik, yang seru, yang labil, yang bener-bener kepengen tahu segala.

Ini ada beberapa kutipan dalam novel "Remember When" :

"and I look again towards the sky, as the raindrops mix with the tears I cry.."

"But i'm just a girl, standing in front of a bot, asking him to love her” 


"Kenapa hidup ga bisa adem ayem? Kenapa bahagia nggak bisa berlanjut lama?"


"Waktu hidup manusia itu nggak pasti. Kita nggak punya kemampuan untuk nentuin masa dan arah hidup kita...kalau yang di atas bilang waktu kita selesai,kita harus lepas tangan. Itulah ironisnya kehidupan. Hidup ini milik kita, juga bukan milik kita sendiri"


"Kita jadi takut merasakan bahagia karena kalau terlalu bahagia, suatu saat semua itu bisa hilang dan menjadikan kita hampa."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar