Kamis, 06 Januari 2011

Derita Saudaraku, Deritaku juga

Surat kecil ini saya temukan saat sedang asik merapikan rak belajar, saya mendapatkannya saat saya masih duduk di kelas 8 smp, waktu itu saya masih bergabung di club sastra sekolah saya. Saya harap dengan membaca surat ini teman-teman dapat terbuka hatinya, tergugah batinnya, termenung karenanya dan bersyukur atas apa yang  telah teman miliki saat ini. Inilah isi suratnya :

                                                                                           Palembang, 07 Januari 2009
                                                                                           Umat Muslim
                                                                                           Di dunia.

Assalamu'alaikum wr. wb.
Tulisan ini telah tertata rapi dalam hati, kini kucoba untuk memberanikan diri untuk mengungkapkan apa yang terdesak dalam hati. Perkembangan dunia di zaman modern ini semakin dapat dirasakan enak daripada zaman-zaman sebelumnya. Dan mungkin keadaan kehidupan manusia di zaman sekarang sudah dapat digambarkan dengan pasti. Namun itu semua tak pernah lepas dari campur tangan sang Khalid yaitu Allah swt., seperti yang kita tahu bahwa Allah akan menolong umatnya selagi umat itu masih menolong saudaranya. Dan rasanya kalimat itu bukannya menjadi pesan permanen yang akan selalu diingat oleh setiap umat manusia di muka bumi, malah itu bisa dirubah menjadi tindakan kejam dan pahit yang disebabkan sikap individualisme.

Dengan berkembangnya kemajuan dunia, semakin bertambah pula penderitaan manusia, yang lebih menyedihkannya lagi yang banyak menderita adalah orang-orang yang tak bersalah. Mungkin itu semua disebabkan oleh keegoisan dan sikap individual dan keserakahan makhluk Tuhan yang tak memikirkan dampak dari apa yang telah diperbuat. Dan dalam hal ini mana ada yang mau rela bertanggung jawab, malah saling menyalahkan dan timbul fitnah-fitnah yang sungguh urka di mata Allah.

Coba kita liat saudara kita di Palestina. Mungkin kita di Indonesia dapat mendengar lantunan lagu yang indah. Namun mungkin saja telinga mereka diperdengarkan terus dengan dentuman senjata yang membuat mereka seolah-olah akan kehilanga dunia. Mungkin di Indonesia kita dapat menikmati hidangan makanan yang lezat, tapi apa? Mungkin saudara-saudara kita hampir mati kelaparan. Kita di Indonesia masih bisa tertawa dan bersenang-senang. Sedangkan saudara kita di Palestina terus menangis dan sungguh menderita. Di Negara kita tercinta kita bisa masih bisa menikmati anugerah kehidupan. Tapi apa yang dirasakan saudara-saudara kita disana? Mereka seakan-akan beradda diujung kematian.

Karena keserakahan semua makhluk Tuhan yang selalu ingin lebih dan tidak merasa cukup dengan apa yang telah diberikan. Semua masalah itu terjadi karena terlalu keserakahan makhluk Allah untuk memiliki tambang minyak yang dimiliki Palestina. Sehingga terjadilah kesalahpahaman antar mereka. Sebenarnya masih ada jalan keluar untuk itu semua. Contohnya bagi hasil ataupun bekerja sama. Seharusnya itu semua harus difikirkan secara logis bukan malah dengan emosi yang tinggi.

Dimana hati nurani makhluk Tuhan yang pada dasarnya semua ingin menjadi kekasih Allah? Apakah ini pantas disebut orang-orang yang menjadi kekasih Allah kelak? Yag ditimbulkan hanyalah derita yang tiada tahu kapan akan usai. Rasa takut, rasa marah, rasa benci dan kessal, rintihan dalam hati, serta jerit tangis kaki-kaki mungil yang tiada berdosa telah mewarnai sebagian kehidupan saudara kita. Mereka adalah saudara kita mana mungkin kita rela saudara kita ditindas dan menderita. Mungkin kita ingin marah, tapi itu semua bukan penyelesaian. Namun perih hati ini ingin terus selalu menghibur dan memberikan kebahagiaan pada semua saudara-saudaraku. Saudaraku bahagia, akupun ikut bahagia. Namun, jika saudaraku menderita. Itu juga akan menjadi penderitaanku. Semoga Allah swt. mendengarkan doaku yang tiada bisa berbuat banyak hal. Tapi kami semua yakin Indonesia tersenyum, Palestina bisa!

                                                                                                    Hormat saya,

                                                                                                    Hamba Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar